Entri Populer

Selasa, 22 Februari 2011

lensa canon vs nikon

Saat kita akan membeli kamera DSLR, sebaiknya pilihan merk DSLR mana yang akan dibeli perlu memperhitungkan pada kemudahan dan ketersediaan pilihan lensa nantinya. Maka itu produsen DSLR papan atas seperti Canon dan Nikon tetap jadi favorit fotografer, karena jajaran lensa yang dimilikinya amat lengkap. Betul kalau Pentax, Olympus, Sony (Minolta) juga punya koleksi lensa yang lengkap, namun kadang-kadang pemiliki DSLR juga tergoda untuk membeli lensa alternatif seperti Sigma/Tamron/Tokina dan nyatanya lensa alternatif seperti ini tidak banyak menyediakan pilihan lensa dengan mounting selain versi Canon atau Nikon. Belum lagi ketersediaan stok lensa di tanah air tampaknya lebih bersahabat untuk merk Canon dan Nikon saja.
Bermacam lensa DSLR
Bermacam lensa DSLR
Lensa kamera DSLR terbagi menjadi beberapa macam. Paling sederhana adalah dari jenisnya, yaitu lensa tetap (fix/prime) dan lensa zoom (variabel rentang fokal). Lensa zoom juga akan terbagi dua, yaitu yang bukaannya konstan (fix f/2.8, fix f/4 dsb) atau yang bukaannya variabel (mengecil saat di zoom). Dari ukuran diameter lensa juga ada dua macam lensa DSLR, yaitu lensa untuk SLR film/DSLR full frame, dan lensa dengan diameter lebih kecil (untuk APS-C). Dari segi teknologi juga lensa terbagi dua, dengan motor fokus (dan mikro-chip) di dalam lensa dan tanpa motor fokus (lensa lama). Dengan banyaknya perbedaan ini, wajar kalau para fotografer pemula (seperti saya) menjadi kebingungan saat melihat lensa yang dijual di pasaran, apalagi harganya pun bisa bervariasi dari satu juta hingga puluhan juta.
Sekedar mengenal jajaran lensa Canon dan Nikon, saya sajikan daftar head-to-head lensa favorit para fotografer beserta sedikit ulasannya. Tapi sebelumnya, saya sajikan dulu terminologi atau istilah dari keduanya supaya tidak bingung :
  • Ukuran diameter lensa : Canon memakai istilah EF dan EF-S, perhatikan kalau kode EF menunjukkan diameter yang besar (untuk SLR film dan DSLR Full Frame) sementara EF-S adalah untuk sensor APS-C yang image circle lebih kecil. Demikian juga lensa Nikon, yang berkode DX artinya hanya untuk kamera Nikon DX saja. Lensa Nikon tanpa kode DX artinya bisa dipakai di SLR Nikon film atau DSLR Nikon full-frame (meski di DSLR Nikon DX pun tetap bisa).
  • Teknologi : Canon memiliki lensa dengan motor fokus USM (Ultra Sonic Motor) di dalamnya, tapi tidak semua lensa Canon terbaru memakai motor USM. Motor USM sendiri terkenal akan kehalusannya, kecepatannya dan akurasinya, dan lensa Canon dengan teknologi USM relatif mahal. Sebaliknya, semua lensa Nikon berteknologi AF-S pasti ada motor fokus SWM (Silent Wave Motor), sementara lensa lama Nikon AF atau AF-D tidak ada motornya. Meski semua lensa AF-S ada motor SWM, tapi kinerja motor itu tidak sama antara lensa mahal dan lensa murah. Motor SWM di lensa murah lebih lambat dalam mengunci fokus.
  • Optical Image Stabilizer : Baik Canon dan Nikon memiliki kesamaan dalam menerapkan sistem stabilizer pada lensa, dimana artinya tidak semua lensa memiliki fitur ini. Cara kerjanya yaitu gyro-sensor di dalam lensa mendeteksi getaran tangan dan melakukan kompensasi dengan menggerakkan elemen lensa khusus sehingga foto yang diambil pada speed rendah (dan/atau posisi tele) terhindar dari resiko blur. Canon menamai sistem ini dengan kode IS (Image Stabilizer), sementara Nikon memakai kode VR (Vibration Reduction). Baik IS dan VR, keduanya dapat menampilkan efek stabilisasi pada viewfinder optik, sebelum foto diambil.
  • Pembagian kasta : Di lensa Canon terdapat dua kasta lensa, yaitu lensa biasa dan lensa Luxury (L series, ditandai gelang merah diujungnya). Nikon tidak membedakan kasta pada lensanya, hanya saja lensa Nikon baru disederhanakan dengan meniadakan ring aperture, ditandai dengan kode G (gelded).
Lensa prime / fix
Lensa fix punya ketajaman tak tertandingi oleh lensa zoom, dengan bukaan yang umumnya besar, sehingga cocok untuk dipakai foto potret dengan bokeh yang menawan. Canon dan Nikon sama-sama punya jajaran lensa fix yang lengkap, dengan fokal mulai dari wide (sekitar 20mm), normal (sekitar 50mm) hingga tele (sekitar 100mm). Perhatikan kalau semua lensa fix Canon adalah berkode EF, dengan beberapa diantaranya memakai kode L dan USM.
Beberapa lensa fix kelas elit dari Canon adalah :
  • EF 24mm f/1.4L USM
  • EF 50mm f/1.2L USM
  • EF 85mm f/1.2L II USM
Sementara Nikon punya jajaran lensa prime yang bukaan maksimal di f/1.4 seperti yang baru saja diluncurkan yaitu AF-S 50mm f/1.4G. Sedangkan lensa fix ekonomis dan favorit dari Canon adalah EF 50mm f/1.8, dan dari Nikon adalah AF 50mm f/1.8D. Selain itu, Nikon juga punya prime yang wide seperti AF 14mm f/2.8D ED dan prime tele seperti AF 85mm f/1.4D IF, dan prime micro seperti AF-S 105mm f/2.8D VR ED. Bicara soal lensa prime tele, baik Canon maupun Nikon punya jajaran lensa tele yang lengkap mulai dari 135mm, 180mm, 200mm, 300mm, 400mm, 500mm dan 600mm (Canon bahkan punya yang 800mm dan 1.200mm), beberapa dilengkapi dengan IS atau VR.
Lensa zoom : wideangle
Bila lensa fix tidak memberi keleluasaan untuk berganti posisi fokal, maka lensa zoom memungkinkan kita untuk merubah fokal dalam rentang tertentu sehingga bisa didapat berbagai variasi komposisi (dan terhindar dari sering maju mundur). Lensa zoom wideangle umumnya bermula dari 14 sampai 24mm, namun perhatikan kalau dipakai di kamera dengan crop factor (1,6x untuk Canon APS-C, 1,3x untuk Canon 1Ds dan 1,5x untuk Nikon), maka panjang fokalnya akan banyak berubah. Untuk itu, produsen lensa harus berusaha ekstra keras untuk mendesain lensa yang amat wide supaya saat terkena crop factor, lensa tersebut masih layak disebut lensa wide.
Untuk kebutuhan fotografi wideangle seperti landscape dan arsitektur, pemakai Canon sensor APS-C hanya bisa menikmati lensa wide EF-S 10-22mm f/3.5-4.5 USM, sementara pemakai Nikon DX bisa menjajal lensa anyar yaitu AF-S DX 10-24mm f/3.5-4.5G IF ED. Untuk pemakai Nikon Full frame, tersedia Nikon AF-S 14-24mm f/2.8G ED. Sayangnya dari pihak Canon belum tersedia lensa EF yang sepadan dengan Nikon 14-24mm f/2.8 ini.
Lensa zoom : standar
Rentang zoom standar merupakan rentang aman, dengan kemampuan wide dan tele yang mencukupi sehingga untuk bepergian cukup dengan membawa satu lensa saja ini saja. Kabar gembira bagi pemakai Nikon DX karena tersedia banyak lensa Nikon DX yang berkualitas dan terjangkau (seperti lensa kit D40 18-55mm), diantaranya :
  • AF-S DX 16-85mm f/3.5-5.6G ED VR
  • AF-S DX 17-55mm f/2.8G IF ED (bukaan konstan)
  • AF-S DX 18-70mm f/3.5-4.5G IF ED (kitnya D70)
  • AF-S DX 18-105mm f/3.5-5.6G VR (kitnya D90)
  • AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6G IF ED (kitnya D80)
  • AF-S DX 18-200mm f/3.5-5.6G VR IF ED (sapu jagad)
Ketersediaan banyak pilihan lensa standar DX yang murah dan berkualitas inilah yang menjadikan banyak fotografer yang non profesional memilih kamera DSLR Nikon, meski banyaknya pilihan ini juga dikritik beberapa pengamat karena banyaknya overlap dalam rentang lensa dan umumnya punya bukaan lensa yang mirip (semestinya Nikon mulai membuat lensa standar bukaan konstan f/4).
Sementara bagi pemakai Canon APS-C yang perlu lensa EF-S tampaknya harus cukup bersabar karena sementara ini hanya tersedia lensa EF-S berikut ini (tidak termasuk 18-55mm) :
  • EF-S 17-55mm f/2.8 IS USM (bukaan konstan)
  • EF-S 17-85mm f/4-5.6 IS USM
  • EF-S 18-200mm f/3.5-5.6 IS (sapu jagad – non USM)
Kondisi menjadi berbalik saat kita melihat jajaran lensa Full frame, dimana Canon punya ciri khas dengan menyediakan dua pilihan lensa untuk seri EF-nya, yaitu lensa bukaan konstan yang cepat (f/2.8 ) dan lensa bukaan konstan yang ekonomis (f/4). Sementara Nikon hanya menyediakan lensa bukaan cepat f/2.8 yang mahal saja.
Lensa Canon EF standar yang favorit (L series) :
  • EF 16-35mm f/2.8L USM
  • EF 17-40mm f/4L USM
  • EF 24-70mm f/2.8L USM
  • EF 24-105mm f/4L IS USM
Sementara sebagai padanannya, di jajaran Nikon juga terdapat dua lensa zoom standar yang menjadi favorit :
  • AF-S 17-35mm f/2.8D IF ED
  • AF-S 24-70mm f/2.8G ED
Sebagai catatan, masih banyak lensa lain dari Canon EF ataupun Nikon non DX untuk rentang standar seperti 28-80mm, 28-105mm, dan 28-200mm, namun karena lensa ini bermula dari 28mm, maka bila terkena crop factor akan menjadi tidak umum (sekitar 43mm) sehingga kurang disukai pemakai DSLR Canon APS-C ataupun Nikon DX.
Lensa zoom : tele
Kita mulai di kelas APS-C atau kelas DX. Nikon  terkenal akan lensa telenya yang ekonomis, AF-S DX 55-200mm f/4-5.6G IF-ED VR sementara Canon menawarkan kemampuan tele lebih panjang dengan EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS. Canon sendiri sebenarnya punya lensa lawas dengan rentang 55-200mm tapi bukan EF-S dan sudah diskontinu.
Selanjutnya, di kelas Full-frame, persaingan head-to-head berimbang terjadi di dua kelas, yaitu kelas 70-300mm dan kelas 70-200mm bukaan konstan. Canon punya EF 70-300mm f/4-5.6 IS USM dan Nikon punya AF-S 70-300mm f/4.5-5.6G IF ED VR yang mana keduanya disukai banyak fotografer karena harganya terjangkau dan kemampuan telenya lumayan jauh di 300mm (ekuivalen 450mm). Di kelas lensa bukaan konstan 70-200mm, ketimpangan terjadi saat Nikon yang hanya punya satu produk lensa harus bersaing dengan empat (ya, empat) lensa Canon 70-200mm. Nikon mengandalkan AF-S 70-200mm f/2.8G IF ED VR sementara Canon punya empat pilihan yaitu :
  • EF 70-200mm f/2.8L IS USM (cepat, plus IS)
  • EF 70-200mm f/2.8L USM (cepat,tanpa IS)
  • EF 70-200mm f/4L IS USM (hemat,plus IS)
  • EF 70-200mm f/4L USM (paling hemat, tanpa IS)
Sementara untuk keperluan lensa tele zoom khusus baik Canon maupun Nikon juga punya rentang yang tidak umum seperti :
  • Canon EF 90-300mm f/4.5-5.6 USM
  • Canon EF 100-400mm f/4.5-5.6L IS USM
  • Nikon AF 80-400mm f/4.5-5.6D ED VR
  • Nikon AF-S 200-400mm f/4G IF ED VR
Nah, itulah beberapa daftar line-up lensa dari Canon maupun Nikon yang umum digunakan para fotografer. Pilihan lensa dari keduanya memang tergolong cukup lengkap, sehingga tak heran para profesional banyak yang melirik DSLR dari Canon ataupun Nikon. Hanya saja kita harus mencermati kebutuhan lensa kita (sebelum membeli DSLR), bila sudah perlu satu lensa spesifik maka memilih kamera DSLR tentu tidak jadi masalah. Sekali kita menentukan merk kamera, maka kita akan terikat pada sistem yang semerk, seperti lensa dan lampu kilat.
Sebagai penutup, berikut kesimpulan singkat dari ulasan diatas :
  • istilah yang umum dijumpai di lensa Canon : EF, EF-S, USM, IS, L series
  • istilah yang umum dijumpai di lensa Nikon : AF, AF-S, SWM, VR, DX
  • Canon dan Nikon sama-sama punya lensa fix yang lengkap
  • Di kelas lensa zoom wideangle, Nikon punya koleksi lebih lengkap
  • Di kelas lensa standar zoom, Nikon lebih lengkap di lensa kelas DX, sementara Canon lebih lengkap di kelas lensa full-frame
  • Di kelas lensa tele, Canon dan Nikon sama-sama punya koleksi yang lengkap (catatan Canon 70-200mm punya empat varian)
  • Nikon tidak banyak punya lensa bukaan konstan f/4 (seperti AF-S DX 12-24mm f/4G IF ED)
  • Untuk mendapat kinerja optik tertinggi (plus teknologi USM) dari lensa Canon, bisa didapat dari lensa Canon L series.

lensa canon vs nikon

Saat kita akan membeli kamera DSLR, sebaiknya pilihan merk DSLR mana yang akan dibeli perlu memperhitungkan pada kemudahan dan ketersediaan pilihan lensa nantinya. Maka itu produsen DSLR papan atas seperti Canon dan Nikon tetap jadi favorit fotografer, karena jajaran lensa yang dimilikinya amat lengkap. Betul kalau Pentax, Olympus, Sony (Minolta) juga punya koleksi lensa yang lengkap, namun kadang-kadang pemiliki DSLR juga tergoda untuk membeli lensa alternatif seperti Sigma/Tamron/Tokina dan nyatanya lensa alternatif seperti ini tidak banyak menyediakan pilihan lensa dengan mounting selain versi Canon atau Nikon. Belum lagi ketersediaan stok lensa di tanah air tampaknya lebih bersahabat untuk merk Canon dan Nikon saja.
Bermacam lensa DSLR
Bermacam lensa DSLR
Lensa kamera DSLR terbagi menjadi beberapa macam. Paling sederhana adalah dari jenisnya, yaitu lensa tetap (fix/prime) dan lensa zoom (variabel rentang fokal). Lensa zoom juga akan terbagi dua, yaitu yang bukaannya konstan (fix f/2.8, fix f/4 dsb) atau yang bukaannya variabel (mengecil saat di zoom). Dari ukuran diameter lensa juga ada dua macam lensa DSLR, yaitu lensa untuk SLR film/DSLR full frame, dan lensa dengan diameter lebih kecil (untuk APS-C). Dari segi teknologi juga lensa terbagi dua, dengan motor fokus (dan mikro-chip) di dalam lensa dan tanpa motor fokus (lensa lama). Dengan banyaknya perbedaan ini, wajar kalau para fotografer pemula (seperti saya) menjadi kebingungan saat melihat lensa yang dijual di pasaran, apalagi harganya pun bisa bervariasi dari satu juta hingga puluhan juta.
Sekedar mengenal jajaran lensa Canon dan Nikon, saya sajikan daftar head-to-head lensa favorit para fotografer beserta sedikit ulasannya. Tapi sebelumnya, saya sajikan dulu terminologi atau istilah dari keduanya supaya tidak bingung :
  • Ukuran diameter lensa : Canon memakai istilah EF dan EF-S, perhatikan kalau kode EF menunjukkan diameter yang besar (untuk SLR film dan DSLR Full Frame) sementara EF-S adalah untuk sensor APS-C yang image circle lebih kecil. Demikian juga lensa Nikon, yang berkode DX artinya hanya untuk kamera Nikon DX saja. Lensa Nikon tanpa kode DX artinya bisa dipakai di SLR Nikon film atau DSLR Nikon full-frame (meski di DSLR Nikon DX pun tetap bisa).
  • Teknologi : Canon memiliki lensa dengan motor fokus USM (Ultra Sonic Motor) di dalamnya, tapi tidak semua lensa Canon terbaru memakai motor USM. Motor USM sendiri terkenal akan kehalusannya, kecepatannya dan akurasinya, dan lensa Canon dengan teknologi USM relatif mahal. Sebaliknya, semua lensa Nikon berteknologi AF-S pasti ada motor fokus SWM (Silent Wave Motor), sementara lensa lama Nikon AF atau AF-D tidak ada motornya. Meski semua lensa AF-S ada motor SWM, tapi kinerja motor itu tidak sama antara lensa mahal dan lensa murah. Motor SWM di lensa murah lebih lambat dalam mengunci fokus.
  • Optical Image Stabilizer : Baik Canon dan Nikon memiliki kesamaan dalam menerapkan sistem stabilizer pada lensa, dimana artinya tidak semua lensa memiliki fitur ini. Cara kerjanya yaitu gyro-sensor di dalam lensa mendeteksi getaran tangan dan melakukan kompensasi dengan menggerakkan elemen lensa khusus sehingga foto yang diambil pada speed rendah (dan/atau posisi tele) terhindar dari resiko blur. Canon menamai sistem ini dengan kode IS (Image Stabilizer), sementara Nikon memakai kode VR (Vibration Reduction). Baik IS dan VR, keduanya dapat menampilkan efek stabilisasi pada viewfinder optik, sebelum foto diambil.
  • Pembagian kasta : Di lensa Canon terdapat dua kasta lensa, yaitu lensa biasa dan lensa Luxury (L series, ditandai gelang merah diujungnya). Nikon tidak membedakan kasta pada lensanya, hanya saja lensa Nikon baru disederhanakan dengan meniadakan ring aperture, ditandai dengan kode G (gelded).
Lensa prime / fix
Lensa fix punya ketajaman tak tertandingi oleh lensa zoom, dengan bukaan yang umumnya besar, sehingga cocok untuk dipakai foto potret dengan bokeh yang menawan. Canon dan Nikon sama-sama punya jajaran lensa fix yang lengkap, dengan fokal mulai dari wide (sekitar 20mm), normal (sekitar 50mm) hingga tele (sekitar 100mm). Perhatikan kalau semua lensa fix Canon adalah berkode EF, dengan beberapa diantaranya memakai kode L dan USM.
Beberapa lensa fix kelas elit dari Canon adalah :
  • EF 24mm f/1.4L USM
  • EF 50mm f/1.2L USM
  • EF 85mm f/1.2L II USM
Sementara Nikon punya jajaran lensa prime yang bukaan maksimal di f/1.4 seperti yang baru saja diluncurkan yaitu AF-S 50mm f/1.4G. Sedangkan lensa fix ekonomis dan favorit dari Canon adalah EF 50mm f/1.8, dan dari Nikon adalah AF 50mm f/1.8D. Selain itu, Nikon juga punya prime yang wide seperti AF 14mm f/2.8D ED dan prime tele seperti AF 85mm f/1.4D IF, dan prime micro seperti AF-S 105mm f/2.8D VR ED. Bicara soal lensa prime tele, baik Canon maupun Nikon punya jajaran lensa tele yang lengkap mulai dari 135mm, 180mm, 200mm, 300mm, 400mm, 500mm dan 600mm (Canon bahkan punya yang 800mm dan 1.200mm), beberapa dilengkapi dengan IS atau VR.
Lensa zoom : wideangle
Bila lensa fix tidak memberi keleluasaan untuk berganti posisi fokal, maka lensa zoom memungkinkan kita untuk merubah fokal dalam rentang tertentu sehingga bisa didapat berbagai variasi komposisi (dan terhindar dari sering maju mundur). Lensa zoom wideangle umumnya bermula dari 14 sampai 24mm, namun perhatikan kalau dipakai di kamera dengan crop factor (1,6x untuk Canon APS-C, 1,3x untuk Canon 1Ds dan 1,5x untuk Nikon), maka panjang fokalnya akan banyak berubah. Untuk itu, produsen lensa harus berusaha ekstra keras untuk mendesain lensa yang amat wide supaya saat terkena crop factor, lensa tersebut masih layak disebut lensa wide.
Untuk kebutuhan fotografi wideangle seperti landscape dan arsitektur, pemakai Canon sensor APS-C hanya bisa menikmati lensa wide EF-S 10-22mm f/3.5-4.5 USM, sementara pemakai Nikon DX bisa menjajal lensa anyar yaitu AF-S DX 10-24mm f/3.5-4.5G IF ED. Untuk pemakai Nikon Full frame, tersedia Nikon AF-S 14-24mm f/2.8G ED. Sayangnya dari pihak Canon belum tersedia lensa EF yang sepadan dengan Nikon 14-24mm f/2.8 ini.
Lensa zoom : standar
Rentang zoom standar merupakan rentang aman, dengan kemampuan wide dan tele yang mencukupi sehingga untuk bepergian cukup dengan membawa satu lensa saja ini saja. Kabar gembira bagi pemakai Nikon DX karena tersedia banyak lensa Nikon DX yang berkualitas dan terjangkau (seperti lensa kit D40 18-55mm), diantaranya :
  • AF-S DX 16-85mm f/3.5-5.6G ED VR
  • AF-S DX 17-55mm f/2.8G IF ED (bukaan konstan)
  • AF-S DX 18-70mm f/3.5-4.5G IF ED (kitnya D70)
  • AF-S DX 18-105mm f/3.5-5.6G VR (kitnya D90)
  • AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6G IF ED (kitnya D80)
  • AF-S DX 18-200mm f/3.5-5.6G VR IF ED (sapu jagad)
Ketersediaan banyak pilihan lensa standar DX yang murah dan berkualitas inilah yang menjadikan banyak fotografer yang non profesional memilih kamera DSLR Nikon, meski banyaknya pilihan ini juga dikritik beberapa pengamat karena banyaknya overlap dalam rentang lensa dan umumnya punya bukaan lensa yang mirip (semestinya Nikon mulai membuat lensa standar bukaan konstan f/4).
Sementara bagi pemakai Canon APS-C yang perlu lensa EF-S tampaknya harus cukup bersabar karena sementara ini hanya tersedia lensa EF-S berikut ini (tidak termasuk 18-55mm) :
  • EF-S 17-55mm f/2.8 IS USM (bukaan konstan)
  • EF-S 17-85mm f/4-5.6 IS USM
  • EF-S 18-200mm f/3.5-5.6 IS (sapu jagad – non USM)
Kondisi menjadi berbalik saat kita melihat jajaran lensa Full frame, dimana Canon punya ciri khas dengan menyediakan dua pilihan lensa untuk seri EF-nya, yaitu lensa bukaan konstan yang cepat (f/2.8 ) dan lensa bukaan konstan yang ekonomis (f/4). Sementara Nikon hanya menyediakan lensa bukaan cepat f/2.8 yang mahal saja.
Lensa Canon EF standar yang favorit (L series) :
  • EF 16-35mm f/2.8L USM
  • EF 17-40mm f/4L USM
  • EF 24-70mm f/2.8L USM
  • EF 24-105mm f/4L IS USM
Sementara sebagai padanannya, di jajaran Nikon juga terdapat dua lensa zoom standar yang menjadi favorit :
  • AF-S 17-35mm f/2.8D IF ED
  • AF-S 24-70mm f/2.8G ED
Sebagai catatan, masih banyak lensa lain dari Canon EF ataupun Nikon non DX untuk rentang standar seperti 28-80mm, 28-105mm, dan 28-200mm, namun karena lensa ini bermula dari 28mm, maka bila terkena crop factor akan menjadi tidak umum (sekitar 43mm) sehingga kurang disukai pemakai DSLR Canon APS-C ataupun Nikon DX.
Lensa zoom : tele
Kita mulai di kelas APS-C atau kelas DX. Nikon  terkenal akan lensa telenya yang ekonomis, AF-S DX 55-200mm f/4-5.6G IF-ED VR sementara Canon menawarkan kemampuan tele lebih panjang dengan EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS. Canon sendiri sebenarnya punya lensa lawas dengan rentang 55-200mm tapi bukan EF-S dan sudah diskontinu.
Selanjutnya, di kelas Full-frame, persaingan head-to-head berimbang terjadi di dua kelas, yaitu kelas 70-300mm dan kelas 70-200mm bukaan konstan. Canon punya EF 70-300mm f/4-5.6 IS USM dan Nikon punya AF-S 70-300mm f/4.5-5.6G IF ED VR yang mana keduanya disukai banyak fotografer karena harganya terjangkau dan kemampuan telenya lumayan jauh di 300mm (ekuivalen 450mm). Di kelas lensa bukaan konstan 70-200mm, ketimpangan terjadi saat Nikon yang hanya punya satu produk lensa harus bersaing dengan empat (ya, empat) lensa Canon 70-200mm. Nikon mengandalkan AF-S 70-200mm f/2.8G IF ED VR sementara Canon punya empat pilihan yaitu :
  • EF 70-200mm f/2.8L IS USM (cepat, plus IS)
  • EF 70-200mm f/2.8L USM (cepat,tanpa IS)
  • EF 70-200mm f/4L IS USM (hemat,plus IS)
  • EF 70-200mm f/4L USM (paling hemat, tanpa IS)
Sementara untuk keperluan lensa tele zoom khusus baik Canon maupun Nikon juga punya rentang yang tidak umum seperti :
  • Canon EF 90-300mm f/4.5-5.6 USM
  • Canon EF 100-400mm f/4.5-5.6L IS USM
  • Nikon AF 80-400mm f/4.5-5.6D ED VR
  • Nikon AF-S 200-400mm f/4G IF ED VR
Nah, itulah beberapa daftar line-up lensa dari Canon maupun Nikon yang umum digunakan para fotografer. Pilihan lensa dari keduanya memang tergolong cukup lengkap, sehingga tak heran para profesional banyak yang melirik DSLR dari Canon ataupun Nikon. Hanya saja kita harus mencermati kebutuhan lensa kita (sebelum membeli DSLR), bila sudah perlu satu lensa spesifik maka memilih kamera DSLR tentu tidak jadi masalah. Sekali kita menentukan merk kamera, maka kita akan terikat pada sistem yang semerk, seperti lensa dan lampu kilat.
Sebagai penutup, berikut kesimpulan singkat dari ulasan diatas :
  • istilah yang umum dijumpai di lensa Canon : EF, EF-S, USM, IS, L series
  • istilah yang umum dijumpai di lensa Nikon : AF, AF-S, SWM, VR, DX
  • Canon dan Nikon sama-sama punya lensa fix yang lengkap
  • Di kelas lensa zoom wideangle, Nikon punya koleksi lebih lengkap
  • Di kelas lensa standar zoom, Nikon lebih lengkap di lensa kelas DX, sementara Canon lebih lengkap di kelas lensa full-frame
  • Di kelas lensa tele, Canon dan Nikon sama-sama punya koleksi yang lengkap (catatan Canon 70-200mm punya empat varian)
  • Nikon tidak banyak punya lensa bukaan konstan f/4 (seperti AF-S DX 12-24mm f/4G IF ED)
  • Untuk mendapat kinerja optik tertinggi (plus teknologi USM) dari lensa Canon, bisa didapat dari lensa Canon L series.

Cara menilai kualitas lensa kamera DSLR

Banyak sekali mereka yang ingin tahu bagaimana caranya menilai kualitas lensa dari kamera DSLR. Hal ini memang wajar mengingat lensa yang berkualitas adalah jaminan hasil foto yang maksimal dan akan semakin penting bila foto yang anda hasilkan adalah untuk dikomersilkan. Bila anda memulai dunia DSLR dengan kamera plus lensa kit, bisa jadi anda merasa penasaran untuk mencari lensa lain yang kualitasnya lebih baik. Masalahnya, ternyata bukan hal yang mudah untuk mendapatkan lensa yang kita idamkan. Begitu banyak pilihan, ditambah berbagai istilah yang membingungkan, hingga deviasi harga yang sangat lebar, membuat niat mencari lensa idaman bisa menjadi ciut. Tapi jangan kuatir, kami hadirkan artikel ini untuk membantu anda mengenali cara untuk menilai kualitas lensa.
Teknologi digital dalam fotografi membuahkan generasi kamera baru dengan sensor beresolusi tinggi. Saat ini kamera dengan resolusi sensor 10 juta piksel pun bisa dianggap ketinggalan jaman, bahkan peningkatan resolusi di kamera DSLR khususnya jenis sensor full-frame sudah mendekati resolusi sensor kamera medium format dengan resolusi diatas 20 juta piksel. Dibutuhkan lensa yang mampu mengimbangi tingginya resolusi sensor sehingga syarat utama lensa berkualitas adalah ketajaman lensa. Di atas kertas, di lab pengujian, kita mengenal adanya MTF chart alias grafik kontras dan ketajaman lensa menurut versi si produsen. Penjelasan yang rumit mengenai MTF ini bakal membuat kening kita berkerut sehingga kita sederhanakan saja bahwa grafik MTF dibuat untuk mewakili karakter optik lensa secara umum dan lensa yang tajam semakin diperlukan untuk mengimbangi tingginya resolusi kamera digital masa kini.
Contoh pengujian lensa (credit : bobatkins.com)
Contoh pengujian lensa (credit : bobatkins.com)
Untuk menilai kualitas lensa, kami asumsikan anda sudah mengetahui jenis lensa apa yang akan dinilai, misalnya dari jenis lensa yaitu lensa fix atau lensa zoom, dan dari desain diafragma lensa yaitu lensa cepat (bukaan besar) dan lensa lambat (bukaan kecil). Anda juga kami anggap sudah mengerti akan fokal lensa yang akan dinilai, apakah itu lensa wide, lensa normal, lensa tele, zoom wide, zoom normal, zoom tele atau all-round zoom. Baiklah, kita lanjut saja.
Penilaian dasar lensa secara umum bisa saja disederhanakan pada unsur :
  • bukaan diafragma (semakin besar semakin bagus/cepat)
  • rentang fokal (semakin lebar semakin bagus/useful)
  • banyaknya fitur (stabilizer, motor mikro dsb)
  • elemen optik tambahan (lensa ED, coating khusus dsb)
  • material lensa (plastik/logam, weather sealed atau tidak dsb)
Meskipun untuk menilai lebih jauh mengenai lensa kita perlu meninjau sedikit lebih dalam dari setiap lensa yang kita idamkan, diantaranya :
  • bagaimana kinerja auto fokus (akurasi, kecepatan dan kehalusan)
  • bagaimana rasanya saat lensa zoom diputar
  • bagaimana desain ring manual fokus dan akurasinya
  • bagaimana indikator posisi zoom dan fokus tampak jelas dan mudah dibaca
  • apakah bagian depan lensa ikut berputar saat mencari fokus
  • bagaimana kemampuan makronya, dan jarak fokus terdekatnya
Dan pada akhirnya, kualitas optiklah yang menjadi faktor penentu bagus tidaknya lensa DSLR yang kita nilai. Berikut adalah faktor penting untuk menilai kualitas optik sebuah lensa :
  • lensa yang baik punya ketajaman yang seragam di tengah dan di tepi (sebaliknya lensa jelek akan blur di bagian pojok/corner softness)
  • lensa yang baik juga mampu menjaga ketajaman saat dipakai di posisi fokal berapa pun, dan bukaan diafragma berapa pun (kecuali saat memasuki batas difraksi lensa/bukaan sangat kecil)
  • lensa yang baik juga punya tingkat keterangan yang sama baik di tengah atau di tepi (sebaliknya lensa jelek akan mengalami fall-off yang nyata/pojokan menjadi gelap)
  • lensa yang baik sanggup mengatasi purple fringing dengan baik (chromatic aberration) dan lensa jelek akan kedodoran saat dipakai di area dengan perbedaan kontras tinggi, sehingga muncul penyimpangan warna keunguan
  • lensa yang baik sanggup mengontrol distorsi dengan baik, garis tidak tampak melengkung kedalam atau keluar
  • lensa yang baik punya kontras yang tinggi, hasil foto tidak pucat
  • lensa yang baik bisa mengatasi flare dengan baik, yang terjadi saat lensa diarahkan ke cahaya terang
  • lensa yang baik tidak merubah warna, biasanya lensa jelek punya coating yang menggeser warna ke arah merah atau biru
  • lensa yang baik punya bokeh yang menawan, creamy dan out-of-focus pada background
Nah, ternyata bukan hal mudah untuk mencari lensa idaman apalagi semakin mendekati ideal maka harga lensa akan semakin sangat mahal. Untuk itu diperlukan pembatasan akan kriteria lensa yang akan dibeli, semisal rentang fokal, harga (budget), jenis diafragma lensa dan sebagainya. Tidak ada lensa ideal, semua lensa tentu ada kompromi. Contoh :
  • Lensa 18-55mm f/3.5-5.6 dan 17-55mm f/2.8 punya rentang fokal yang hampir sama tapi harganya bisa berbeda 12 kali lipat. Hal ini karena kemampuan lensa 17-55mm f/2.8 dalam memasukkan cahaya jauh lebih besar dan konstan di seluruh panjang fokal. Komprominya tentu adalah harga dan bobot/ukuran lensa itu sendiri. Contoh serupa terjadi untuk lensa 55-200mm f/4-5.6 dan lensa 70-200mm f/2.8
  • Lensa 18-200mm f/3.5-5.6 tampak sanggup mengakomodir semua kebutuhan fokal fotografi umum dari wide hingga landscape, tapi komprominya adalah tidak mungkin didesain lensa seperti ini dengan bukaan konstan f/2.8 dan kalaupun bisa maka ukurannya bisa sebesar termos :)
  • Lensa prime menawarkan ukuran yang ringkas, sekaligus bukaan diafragma yang besar dengan harga yang relatif murah. Namun bagi yang terbiasa memakai lensa zoom, maka memotret dengan lensa prime akan membuat repot karena fokal lensanya yang fix di posisi tertentu.
  • Lensa wide punya keistimewaan sendiri dalam menampilkan perspektif berkesan luas, namun lensa wide perlu desain lensa yang rumit dengan resiko mengalami fall-off dan purple fringing, belum lagi distrosi yang pasti tidak bisa dihindari sehingga lensa wide tidak cocok untuk potret wajah.
  • Lensa yang didesain khusus untuk sensor APS-C (Nikon DX atau Canon EF-S) punya diameter lebih kecil, ringkas dan kompak. Namun bila lensa ini dipasang di bodi full frame akan muncul vignetting. Membeli lensa full frame untuk bodi APS-C bisa jadi lebih ‘aman’ meski memang jadi menambah biaya dan belum tentu lensanya tersedia.
Itulah sajian kami kali ini. Meski tidak mudah, tapi setidaknya diharapkan kita bisa mengetahui bagaimana menilai bagus tidaknya sebuah lensa. Bila pada akhirnya kita dihadapkan pada lensa yang biasa-biasa saja, kita masih bisa mengupayaakan untuk membuat foto yang luar biasa. Bila ingin tajam, gunakan f/8 dan lensa apapun akan memberi ketajaman maksimal. Pengujian dari pabrik, fitur yang lengkap, spesifikasi tinggi dan kualitas optik yang tinggi juga tidak akan menolong bila dasar fotografi yang kita kuasai belum matang, semisal kendali eksposur, bermain komposisi dan kejelian mencari momen yang tepat.

Pilihan lensa ekonomis untuk DSLR pemula



Tech tipsComputer Tricks
Banjirnya produk DSLR pemula (entry level) telah membawa perubahan pada segmentasi pembeli kamera digital. Bila dahulu mereka yang punya DSLR kebanyakan adalah para fotografer yang sudah punya koleksi lensa lama, maka kini banyak pemilik DSLR (pemula) yang baru pertama kali bergabung di dunia DSLR. Dengan demikian, umumnya kelompok ini barulah berkenalan dengan satu macam lensa, yaitu lensa kit yang disediakan dalam paket penjualan. Kalaupun sedang berencana membeli DSLR, adakalanya mereka bingung apakah akan membeli DSLR plus lensa kit ataukah DSLR body-only.
lensaSebelum membahas lebih jauh, kami luruskan dahulu bahwa lensa kit yang umum dijadikan paket penjualan DSLR adalah lensa zoom dengan rentang fokal yang setara dengan 28-85mm, dengan bukaan f/3.5-5.6 dan berbahan plastik. Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan lensa kit semacam ini. Harga jualnya yang tergolong murah tidak berarti lensa kit memakai elemen optik murahan. Harga murah karena desain lensa kit ini memakai bukaan variabel (tidak konstan) yang tergolong kecil, pemakaian material bodi dan mounting dari bahan plastik, dan minimnya fitur profesional seperti distance marking skale. Namun lensa kit masa kini sebagian sudah dilengkapi dengan fitur yang bermanfaat seperti motor fokus dan stabilizer optik.
Bila  anda sedang mempertimbangkan lensa lain selain lensa kit, atau saat anda hanya ingin membeli DSLR body only dan perlu mencari lensa ekonomis yang bisa diandalkan, berikut kami hadirkan beberapa jenis lensa ekonomis dengan harga dibawah 5 juta, sebagai bahan pertimbangan anda.

Lensa fix/prime

Lensa dengan fokal tetap memang jadi unggulan utama karena ketajaman dan bokehnya yang tak tertandingi oleh lensa zoom, maka itu wajar bila ada yang menganggap lensa prime merupakan lensa wajib untuk fotografer. Selain itu lensa fix jauh lebih murah bila dibanding dengan lensa zoom, karena hanya memiliki sedikit komponen optik. Namun memakai lensa fix tentu perlu banyak ekstra usaha untuk berganti komposisi karena anda tidak bisa bermain zoom. Fokal lensa fix yang cukup populer adalah lensa prime dengan fokal ‘normal’ 50mm, meski ada juga fix yang wide hingga fix yang (sangat) tele. Meski demikian, untuk urusan potret wajah, anda bisa memilih lensa fix dengan fokal berapapun asal diatas 35mm (dibawah 35mm sudah tergolong wideangle yang kurang cocok untuk potret wajah karena efek distorsi lensa).
Contoh lensa prime 50mm f/1.8
Contoh lensa prime 50mm f/1.8
Lensa fix yang populer karena harganya adalah lensa normal (sekitar 50mm) dengan bukaan berkisar antara f/1.8 hingga f/2.8 karena secara ukuran bukaan diafragma sudah cukup besar (atau biasa disebut lensa cepat) sehingga sudah sangat handal dipakai di kondisi low-light, meski bukaannya tentu tidak sebesar lensa fix kelas mahal seperti f/1.4 apalagi f/1.2.
Pilihan lensa prime normal dengan harga terjangkau diantaranya :
  • Canon EF 50mm f/1.8 II (1 jutaan)
  • Nikon AF 50mm f/1.8 (1 jutaan - tidak bisa auto fokus bila dipakai di D40-D5000)
  • Nikon AF-S 35mm f/1.8 DX (3 jutaan, bisa autofokus di D40-D5000)
  • Sony SAL 50mm f/1.8 DT (2 jutaan)
  • Pentax DA 40mm f/2.8 (2,5 jutaan)
  • Olympus Zuiko 35mm f/3.5 macro

Lensa zoom - tele

Bila seseorang telah memiliki sebuah lensa kit, umumnya telah merasakan kurangnya kemampuan telephoto dari lensa kit yang memang terbatas. Maka itu untuk memenuhi hasrat ingin menjangkau lebih jauh, pemilik DSLR plus lensa kit lalu mencari lensa kedua yang berjenis lensa zoom tele. Lensa zoom tele artinya lensa zoom dengan variabel fokal yang berkisar di rentang tele, biasanya dimulai dari 50mm hingga 400mm. Tidak semua lensa tele itu berjenis lensa zoom, ada juga lensa tele yang fix di suatu fokal tertentu, misal 500mm. Dalam hal ini kami pilihkan lensa zoom tele supaya praktis dan sekaligus kami pilihkan yang harganya juga terjangkau. Diantara beberapa pilihan lensa zoom tele, rentang yang dianggap cukup ekonomis adalah rentang 50-200mm dan 70-300mm.  Lensa zoom semacam ini punya bukaan diafragma yang variabel sehingga bisa dijual lebih murah dan ukurannya lebih kecil, bedakan dengan lensa zoom tele yang punya bukaan konstan f/2.8 atau f/4 yang berukuran besar dan harganya mahal.
Lensa zoom tele 40-150mm (setara 80-300mm)
Lensa zoom tele 40-150mm (setara 80-300mm)
Pilihan lensa zoom tele ekonomis diantaranya :
  • Canon EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS (2,5 jutaan)
  • Nikon AF-S 55-200mm f/4-5.6 VR (2,5 jutaan)
  • Pentax DA 50-200mm f/4-5.6 ED (2,5 jutaan)
  • Sony SAL 55-200mm f/4-5.6 DT (2,5 jutaan)
  • Olympus Zuiko 40-150mm f/4-5.6 (2,5 jutaan)
  • Sigma APO 70-300mm f/4-5.6 DG macro (3 jutaan)
  • Tamron AF 70-300mm f/4-5.6 Di LD (2,5 jutaan)

Lensa zoom - all-round

Lensa zoom all-round atau all in-one diterjemahkan sebagai lensa zoom yang memiliki rentang fokal yang efektif untuk segala keperluan dari wide hingga tele. Tak seperti lensa kit yang zoomnya umumnya pendek (3x), lensa zoom all-round dirasa lebih praktis dan lebih panjang (5-10x). Praktis karena cukup punya satu lensa sehingga mengurangi frekuensi berganti lensa hanya untuk mendapat fokal tertentu (apalagi bila sering berganti lensa beresiko masuknya debu ke dalam sensor), meski secara optik tentu semakin panjang zoom lensa maka ketajamannya juga akan semakin menurun. Meski tidak ada aturan baku, lensa zoom all-round ini biasanya bermula dari 18, 24 atau 28mm dan berakhir di 100 hingga 200mm. Bila anda memilih membeli lensa zoom all-round, maka lensa kit yang sudah anda miliki bisa dijual saja.
Kekurangan lensa zoom semacam ini adalah masalah bukaan lensa yang tidak mungkin dibuat besar dan konstan. Sebagai konsekuensi dari rumitnya susunan optik didalam lensa, maka desain aperture di dalam lensa semacam ini umumnya bermula dari f/3.5 di posisi wide-end dan mengecil hingga f/6.3 di posisi tele-end. Maka itu lensa ini biasa disebut dengan lensa lambat, dan tidak cocok dipakai di daerah kurang cahaya.
Lensa all-around Pentax 18-250mm
Lensa all-around Pentax 18-250mm
Pilihan lensa zoom all-round yang cukup terjangkau diantaranya :
  • Canon EF-S 18-135mm f/3.5-5.6 IS baru (4 jutaan)
  • Nikon AF-S 18-105mmf/3.5-5.6 DX VR (3.5 jutaan)
  • Tamron 18-200mm f/3.5-6.3 (3 jutaan)
  • Sigma 18-200mm f/3.5-6.5 DC OS (4 jutaan)
Adapun lensa zoom all-round lain yang dijual di kisaran 5 hingga 10 juta, bagi sebagian orang masih tergolong ekonomis meski tak dipungkiri bagi sebagian lainnya sudah tergolong mahal. Padahal banyak lensa-lensa berkualitas di kisaran harga ini, maka sebagai bonus kami sampaikan juga beberapa produk lensa yang mungkin menarik minat anda bila dananya mencukupi :
  • Canon : EF-S 18-200mm f/3.5-5.6 IS (7 jutaan), EF-S 15-85mm f/3.5-5.6 IS USM (6 jutaan)
  • Nikon : AF-S 18-200mm f/3.5-5.6 VR (8 jutaan), AF-S 16-85mm f/3.5-5.6 DX VR (6 jutaan)
  • Olympus : Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5 II (6,5 jutaan),  Zuiko ED 12-60mm f/2.8-4.0 SWD (9,5 jutaan)
  • Pentax : DA 18-250mm f/3.5-6.3 ED SMC (6 jutaan)
  • Sony : 18-200mm f/3.5-6.3 DT (6 jutaan), SAL 16-105mm f/3.5-5.6 DT ( 7 jutaan)

Panduan memilih lensa DSLR

Ada banyak jenis dan macam lensa kamera DSLR. Selain berbeda jenis atau tipenya, perbedaan harga pun amat mencolok, mulai dari kurang dari satu juta hingga ratusan juta rupiah. Hal ini bisa membuat bingung mereka yang berencana membeli kamera DSLR atau menambah koleksi lensanya. Bila di artikel lalu kami sudah sajika cara menilai kualitas lensa DSLR, kini kami hadirkan panduan dalam memilih lensa DSLR. Selamat membaca..
Panduan yang kami susun kali ini bersifat umum dan simpel, tidak seperti panduan sebelumnya yang khusus membahas lensa Canon dan Nikon saja. Di artikel kali ini kami golongkan lensa DSLR dalam berbagai kelompok utama, yaitu berdasarkan diameternya, berdasarkan jenisnya dan berdasarkan bukaan diafragmanya.

Diameter Lensa

Pertama, berdasarkan diameter lensa, kini dikenal dua golongan umum yaitu :
  • lensa full-frame (35mm)
  • lensa crop sensor
Untuk lensa full-frame, diameter optiknya lebih besar daripada lensa crop sensor. Hal ini karena lensa full-frame didesain untuk bisa dipakai di DSLR full-frame dan SLR film 35mm. Di pasaran, kita perlu mengenali kode yang menunjukkan lensa full-frame, misalnya EF untuk Canon, FX untuk Nikon, DG untuk Sigma dsb.
Sedangkan lensa crop sensor berukuran lebih kecil, didesain untuk DSLR dengan sensor yang lebih kecil dari sensor full-frame, yaitu sensor APS-C (Canon, Nikon, Pentax, Sony) dan sensor Four Thirds (Olympus). Lensa ini memiliki diameter yang lebih kecil dari lensa fll-frame, meski tetap memiliki desain mounting yang sama. Artinya, kita bisa saja memasang lensa crop sensor ini pada DSLR full frame, namun pada hasil fotonya akan terdapat lingkaran di bagian luar foto (vignetting) akibat ukuran sensor yang lebih besar dari diameter lensa. Lensa crop sensor ini dikenali dari kodenya seperti EF-S untuk Canon, DX untuk Nikon, DC untuk Sigma, DA untuk Pentax dsb.
sensor01
Gambar di samping menunjukkan perbedaan ukuran antara sensor APS-C dan sensor full-frame 35mm. Lingkaran merah menunjukkan diameter lensa full-frame dan lingkaran hijau menunjukkan diameter lensa crop. Tampak kalau diameter lensa crop telah didesain untuk menyesuaikan ukuran bidang sensor APS-C yang memang lebih kecil dari sensor 35mm. Adakalanya pemilik kamera APS-C justru memakai lensa full frame. Hal ini disebabkan karena untuk kebutuhan profesional kebanyakan lensa yang tersedia adalah lensa full-frame. Contohnya, untuk kebutuhan profesional, pemakai kamera EOS 7D akan memilih lensa EF 70-200mm.

Jenis fokal lensa

Ditinjau dari jenis lensa, ada dua kelompok utama yaitu lensa fix (prime) dan lensa zoom. Simpel saja, lensa fix artinya hanya memiliki satu nilai panjang fokal, sedang lensa zoom bisa berubah dari fokal terpendek hingga terpanjang. Lensa zoom sendiri terbagi atas beberapa rentang fokal, seperti zoom wide, zoom normal dan zoom tele. Ada juga lensa sapu jagad, alias bisa bermain zoom dari wide hingga tele yang praktis untuk dibawa bepergian. Kali ini kami uraikan untung rugi dari tiap pilihan yang ada :
Lensa prime / fix
fix
Pentax 70mm f/1.4
Lensa prime adalah lensa yang hanya punya satu nilai fokal, misal 35mm, 50mm, 100mm dsb. Lensa jenis ini umumnya punya bukaan maksimal yang besar, misal f/1.4 atau f/1.8 sehingga cocok untuk dipakai saat low light. Meski ada berbagai macam pilihan fokal dari lensa fix di pasaran, namun yang paling populer adalah lensa 50mm karena punya fokal dengan perspektif normal.
Daya tarik dari lensa fix diantaranya :
  • relatif murah
  • ukurannya kecil dan ringan
  • hasil foto sangat tajam
  • karena punya bukaan besar, bisa menghasilkan DOF yang tipis
  • karena punya bukaan besar, bisa diandalkan untuk low light
Adapun hal yang kurang menyenangkan dari lensa fix adalah lensa ini tidak bisa berganti fokal sehingga untuk merubah posisi fokal kita harus maju atau mundur terhadap objek.
Lensa zoom wide
wide
Sony SAL DT 11-18mm f/4.5-5.6
Lensa zoom wide dalah lensa zoom yang memiliki rentang fokal wideangle mulai dari 10mm hingga 30mm, sehingga cocok untuk landscape dan arsitektur meski kurang cocok untuk potret karena adanya distorsi.
Daya tarik lensa zoom wide diantaranya :
  • mampu menghasilkan foto dengan angle dengan kesan luas dan dramatis
  • cocok untuk kebutuhan profesional dan komersil
Namun demikian lensa zoom wide dijual dengan harga yang relatif mahal karena tingginya tingkat kesulitan dalam mendesain lensa tersebut. Di pasaran, lensa semacam ini dijual di kisaran harga 6 juta hingga 12 juta rupiah.
Contoh lensa zoom wide :
  • Canon EF-S 10-22mm f/3.5-4.5
  • Nikon AF-S 10-24mm f/3.5-4.5
  • Pentax DA 12-24mm f/4
  • Sony SAL-DT 11-18mm f/4.5-5.6
  • Olympus Zuiko 9-18mm f/4-5.6
  • Rekomendasi untuk 3rd party : Tokina 11-16mm f/2.8
Lensa zoom normal/standar (general purpose)
normal
Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5
Adalah lensa zoom yang memiliki rentang fokal yang dianggap memenuhi kebutuhan wide hingga tele biasa. Lensa semacam ini mampu mengakomodir rentang fokal normal di kisaran 50mm sehingga mampu  menghasilkan foto yang rendah distorsi, dan menghasilkan persepektif yang sama seperti apa yang dilihat oleh mata manusia. Lensa zoom normal akan semakin mahal bila memiliki bukaan besar apalagi bila punya bukaan konstan f/2.8 yang tergolong kelas profesi0nal.
Contoh lensa zoom normal kelas mahal :
  • Lensa 24-70mm f/2.8
  • Lensa 17-55mm f/2.8
Sedangkan lensa zoom normal ekonomis diantaranya :
  • Canon EF-S 17-85mm f/4-5.6
  • Nikon AF-S 16-85 f/3.5-5.6
  • Pentax DA 17-70mm f/4
  • Sony SAL DT 18-70mm f/3.5-5.6
  • Olympus Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5
  • Rekomendasi 3rd party : Sigma 17-70mm f/2.8-4
Lensa zoom tele
tele2-8
Nikon AF-S 70-200mm f/2.8 VR
Lensa zoom tele menjadi salah satu lensa yang favorit banyak orang karena kemampuannya untuk dipakai memotret obyek yang jauh, ditambah lagi harganya yang cukup terjangkau. Belum lagi lensa tele mampu menghasilkan foto dengan bokeh yang baik (DOF tipis), bisa dibilang hampir menyamai hasil yang didapat dengan memakai lensa prime.
Namun perlu diingat kalau lensa zoom tele berkisar di fokal tele diatas 100mm, sehingga rentan goyang akibat getaran tangan. Untuk itu para profesional lebih memilih lensa tele bukaan besar dan ditambah fitur stabilizer, sehingga lensa tele masih bisa dipakai di saat kondisi kurang cahaya.
Lensa zoom tele terbagi dua kelompok, yaitu kelompok profesional dan kelompok biasa.
Untuk zoom tele profesional diantaranya :
  • Canon EF 70-200mm f/2.8
  • Nikon AF-S 70-200mm f/2.8  (gambar di atas)
  • Pentax DA 60-250mm f/4
  • Sony SAL 70-200mm f/2.8
  • Olympus Zuiko 90-250mm f/2.8
  • Rekomendasi 3rd party : Sigma 70-200mm f/2.8
tele
Sigma 70-300mm f/4-5.6
Untuk zoom tele biasa, umumnya terdapat pilihan 70-300mm (gambar di atas) yang fokal telenya cukup panjang dan 55-250mm (gambar di bawah) yang lebih ekonomis. Perhatikan kalau lensa tele ekonomis punya variabel aperture (misalnya f/4-5.6), sehingga bukaannya akan semakin mengecil saat lensa di-zoom maksimal. Maka itu lensa tele semacam ini dihindari oleh para profesional karena sulit diandalkan di saat perlu speed tinggi.
tele2
Canon EF-S 55-250mm f/4-5.6
Meski demikian, lensa tele ekonomis seperti ini laris manis karena harganya murah dan hasil fotonya di tempat yang cukup cahaya masih sangat baik. Jadilah lensa semacam ini menjadi lensa favorit untuk kebutuhan harian dan untuk sekedar hobi.
Lensa zoom all-round  / super zoom / sapu jagad
tamron_18-270
Tamron 18-270mm f/3.5-5.6 VC
Adalah istilah untuk lensa zoom dengan kemampuan mencover rentang wide hingga tele yang ekstrim, hingga lensa ini mampu menggantikan beberapa macam lensa sehingga praktis dipakai kemana saja. Umumnya lensa ini memiliki rentang fokal 18-200mm, meski ada juga yang bisa mencapai 18-270mm (lihat gambar di atas). Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih lensa jenis ini :
  • Lensa ini praktis namun tergolong mahal
  • Lensa ini hanya tersedia untuk jenis variable aperture saja
  • Kemampuan optik dari lensa ini tergolong pas-pasan (karena banyaknya elemen optik di dalamnya)
  • Usahakan memilih lensa jenis ini yang dilengkapi dengan fitur stabilizer optik
Itulah panduan memilih lensa DSLR yang kami sajikan. Untuk diskusi dan pertanyaan bisa disampaikan melalui forum yang ada atau lewat komentar di bawah ini.

Panduan lengkap memilih kamera saku superzoom

Berapa panjang lensa zoom pada kamera saku anda? Tiga, empat, atau lima kali zoom optik? Apakah anda merasa kemampuan tele dari kamera anda masih kurang? Bayangkan bila anda memiliki sebuah kamera saku yang mungil namun memiliki lensa yang panjang. Berkat kemampuan manufaktur lensa modern, kini sebuah kamera saku bisa memiliki lensa yang sangat fleksibel yang mampu menjangkau area wide (sekitar 28mm) hingga ekstra tele (diatas 300mm) atau bisa dibilang lensa superzoom (10x zoom optikal, bahkan lebih).
Pada awalnya, kamera saku memiliki lensa zoom yang umumnya amat standar, berkisar dari 35-105mm (setara dengan 3x zoom optik). Guna menjauh dari tekanan ponsel berkamera yang semakin canggih, lambat laun produsen kamera mulai menambah jangkauan baik dalam urusan wide hingga tele, hingga mulai ada kamera yang mampu menjangkau misalnya 35-200mm (setara dengan 5x zoom optik) bahkan ada yang punya lensa 28-200mm (setara dengan 7x zoom optik). Dengan semakin lebarnya rentang fokal lensa kamera saku tentu akan semakin memudahkan pemakainya untuk bermain berbagai komposisi dan perspektif, dari wideangle hingga telephoto.
Ilustrasi fokal wide (28mm) dan tele (300mm) credit : Ricoh
Ilustrasi fokal lensa wide (28mm) dan lensa tele (300mm), source : Ricoh
Kini tren di tahun 2009 semakin menunjukkan fakta yang menggembirakan. Banyak kamera saku generasi baru yang memiliki lensa sangat panjang, dengan perbesaran optik sekitar 10x hingga 12x zoom. Namun tanpa mengenali lebih jauh seputar fitur dan lensanya, bukan tidak mungkin kita akan kebingungan dalam memilihnya. Bila anda berhasrat untuk memiliki kamera saku semacam ini, inilah panduan lengkap memilih kamera saku superzoom, sekaligus kami sajikan memakai sistem rating, urut dari peringkat pertama hingga terakhir menurut evaluasi kami :

# 1 :Panasonic Lumix DMC-TZ7 (4 jutaan)

Lumix TZ7
Lumix TZ7
Kamera seri TZ (Traveller Zoom) dari Lumix ini menjadi kamera saku favorit banyak orang, sejak kehadiran seri pertama TZ1 hingga TZ7 yang memang memiliki keistimewaan dalam lensa Leicanya yang tajam. Lumix TZ7 dengan sensor 10 MP, punya lensa amat fleksibel dengan 25-300mm f/3.3-4.9 atau 12x zoom optik, yang sangat ideal untuk foto landscape dan tamasya. Sayangnya tidak ada fitur manual P/A/S/M pada kamera ini, sebagai gantinya tersedia fitur intelligent Auto (iA) yang akan menentukan setting terbaik untuk tiap kondisi. Sebagai bonus, tersedia fitur HD movie AVCHD untuk merekam perjalanan wisata anda. Rentang lensa Leica DC vario Elmar 25-300mm yang luar biasa efektif ini tak tertandingi oleh merk lain, sehingga menjadikannya berada di peringkat pertama dari rekomendasi kami.

# 2 : Fuji FinePix F70 EXR (3 jutaan)

Fuji F70 EXR
Fuji F70 EXR
Inilah kamera saku kedua dari Fuji yang memakai sensor baru Super CCD EXR (setelah F200 EXR) yang kini memakai sensor 10 MP. F70 EXR menjadi kamera saku pertama Fuji yang punya lensa panjang, atau 27-270mm f/3.3-5.6 atau 10x zoom optik. Terlepas dari lensanya yang mantap, sensor pada kamera ini pun sangat efektif untuk berbagai keperluan pemotretan, yaitu memotret foto resolusi tinggi 10 MP (EXR mode : HR), atau foto low-light dengan noise rendah pada 5 MP (EXR mode : SN) atau foto dengan jangkauan dinamis yang lebar pada resolusi 5 MP (EXR mode : DR). Sayangnya, tidak ada fitur P/A/S/M ataupun HD movie mode di kamera ini. Gabungan dari lensa dan sensor yang efektif menjadikan kamera ini berada di tempat kedua daftar kami.

# 3 : Canon Powershot SX200 IS (3,8 jutaan)

Canon SX200 IS
Canon SX200 IS
Sebagai pesaing langsung dari Lumix TZ series, Canon menghadirkan kamera saku premium dengan nama SX200 IS dengan sensor 12 MP. Lensa Canon yang jadi andalan kali ini memiliki fokal 28-336mm f/3.4-5.3 atau 12x zoom optik. Anda mungkin kurang cocok dengan desain lampu kilatnya yang harus sering dibuka tutup. Sebagai bonus, Canon menyediakan fitur kendali manual P/A/S/M dan HD movie mode. Serba lengkap, termasuk manual mode dan HD movie membuatnya berada di tiga besar daftar kami.

# 4 : Samsung HZ15W (3 jutaan)

samsung HZ15W
Samsung HZ15W
Keseriusan Samsung dalam bermain di dunia digital imaging tampak dari si hitam HZ15W ini. Kamera bersensor 12 MP dan memiliki lensa sangat wide 24-240mm f/3.3-5.8 ini punya rentang fokal yang impresif dari 24mm, meski dalam urusan tele kalah panjang dibanding pesaing karena hanya berakhir di 240mm (atau 10x zoom). Tersedia fitur manual P/A/S/M dan HD movie H.264 untuk liburan anda yang seru. Kehebatan lensa Schneider 24mm dan HD movie menjadikan produsen Korea ini ada di tempat keempat daftar kami.

# 5 : Casio Exilim EX-H10 (4 jutaan)

Casio EX-H10
Casio EX-H10
Casio mencoba peruntungannya di jajaran kamera saku berlensa panjang dengan menghadirkan Exilim EX-H10 dengan sensor 12 MP dan lensa sangat wide 24-240mm f/3.2-5.7 atau 10x zoom optik (rentang yang persis sama seperti Samsung HZ15W di atas). Bila anda menyukai lensa ultra wide 24mm, Casio ini juga layak dipilih karena bakal mendukung hobi landscape anda. Sebagai bonus, tersedia juga fitur HD movie sebagai tanda bahwa kamera ini tergolong kamera saku kelas menengah ke atas. Karena tanpa fitur manual dan harganya yang mahal, maka Casio ini kalah satu tempat dari Samsung alias berada di posisi lima.

# 6 : Ricoh CX2 (3,8 jutaan)

Ricoh CX2
Ricoh CX2
Jangan meremehkan sensornya yang cuma 9 MP pada kamera keren ini, karena sensor jenis CMOS yang dipakai pada Ricoh CX2 ini sanggup bekerja cepat hingga 5 fps pada resolusi penuh. Lensa Ricoh CX2 pun amat efektif dengan rentang 28-300mm f/3.5-5.6 atau 10.7x zoom optik. Ricoh dari dulu punya fitur andalan pre-AF yang terus mencari fokus sebelum tombol rana ditekan. Meski memakai sensor CMOS, namun sayangnya CX2 belum dilengkapi fitur P/A/S/M dan HD movie, sehingga membuat Ricoh CX2 ini harus berada di tempat ke enam daftar kami.

# 7 : Olympus Stylus 9000 (3,4 jutaan)

Stylus 9000
Stylus 9000
Olympus bergabung di kompetisi kamera saku berlensa panjang dengan produknya Stylus 9000 dengan sensor 12 MP dan lensa wide zoom, 28-280mm f/3.2-5.9 atau 10x zoom (rentang lensa 28-280mm seperti ini mengingatkan kita pada Lumix TZ2 dan TZ3 di masa lalu). Selain dari lensa dan desainnya yang keren, Olympus ini tergolong biasa saja karena tidak ada fitur manual P/A/S/M ataupun HD movie, sehingga cukuplah berada di tempat ke tujuh daftar kami.

# 8 : Kodak Z950 (3 jutaan)

Kodak Z950
Kodak Z950
Kodak mungkin bukanlah merk pertama yang terbersit di benak anda saat membayangkan kamera digital, tapi mungkin saja kali ini akan berbeda karena Kodak telah mendesain sebuah kamera saku Z950 yang punya sensor 12 MP dan lensa zoom Schneider 35-350mm f/3.5-4.8 atau 10x zoom. Memang rentang fokalnya yang bermula dari 35mm tergolong kurang wide namun kamera ini tergolong cukup lengkap dengan adanya fitur manul P/A/S/M dan HD movie MPEG-4. Namun dengan lensa yang wide-nya cuma 35mm, sulit bagi Kodak ini untuk berada di posisi elit daftar kami sehingga hanya mampu menempati peringkat ke delapan saja.

# 9 : Canon Powershot SX120 IS (3 jutaan)

Canon SX120 IS
Canon SX120 IS
Sebagai posisi buncit, Canon menghadirkan satu lagi kamera saku berlensa panjang yang lebih ekonomis dari SX200 IS, yaitu SX120 IS. Bedanya, kali ini sang adik tidak memakai lensa wide 28mm, karena rentang lensanya adalah 36-360mm f/2.8-4.3 atau 10x zoom, yang tergolong cukup cepat (punya diafragma besar). Hadir dengan sensor 10 MP, kamera saku gemuk berbaterai AA ini untungnya masih memiliki fitur manual, meski tanpa fitur HD movie. Tanpa lensa wide dan tanpa HD movie, dan desainnya yang bongsor, membuat kamera ini harus berada di posisi sembilan pada daftar kami (meski tak dipungkiri inilah satu-satunya kamera di daftar ini yang memiliki lensa f/2.8).
Itulah sembilan kamera saku mungil berlensa panjang yang bisa anda pertimbangkan, yang kami susun peringkatnya berdasarkan pertimbangan fitur dan spesifikasi. Untuk memastikan apakah kamera tersebut memenuhi ekspektasi anda, akan lebih baik bila anda mengevaluasi sampel fotonya yang bisa diunduh dari situs resmi masing-masing kamera.
Sebagai bonus, bila ukuran bukan jadi masalah, kami tambahkan sembilan daftar di atas dengan dua kamera lain yang juga punya lensa panjang untuk bahan perbandingan :

Nikon Coolpix L100 (2,7 jutaan)

Coolpix L100
Coolpix L100
Kekuatan kamera 10 MP ini adalah lensanya yang ekstra panjang, 15x zoom optik. Lensa Nikon 28-420mm f/3.5-5.4 ini sudah menyamai rentang lensa prosumer, meski kamera Nikon L100 ini masih tergolong kamera saku. Inilah kamera dengan harga termurah sekaligus  punya lensa terpanjang dalam daftar kali ini. Dengan harga yang terjangkau, jangan harap ada fitur manual P/A/S/M ataupun HD movie. Bahkan ketiadaan viewfinder elektronik menandakan kalau kamera ini masih tergolong kamera saku kelas basic.

Sony Cybershot H20 (3 jutaan)

Sony H20
Sony H20
Sebagai pesaing dari Nikon L100, Sony juga menelurkan kamera saku berukuran ‘tanggung’ yang bernama Cybershot H20. Kamera bersensor 10 MP ini punya lensa yang jauh dari sebutan wide lens, yaitu Carl Zeiss 38-380mm f/3.5-4.4 atau 10x zoom optik. Meski sama-sama tanpa viewfinder elektronik ataupun manual mode, H20 masih memiliki fitur HD movie MPEG-4.
Sebagai kesimpulan, dari daftar kamera saku superzoom diatas, rekomendasi kami :
  • Kamera superzoom terbaik adalah : Lumix TZ7 dan Canon SX200 IS.
  • Kamera yang menjadi best-buy terbaik : Fuji F70 EXR dan Samsung HZ15W.
  • Kamera value/ekonomis terbaik : Nikon L100.

Tips memilih kamera saku untuk pemula

Tech tipsComputer Tricks
sakuKamera saku menjadi kamera yang penjualannya paling laris dan banyak dicari orang karena kepraktisan dalam pemakaian dan harganyanya yang terjangkau. Evolusi pada kamera saku sudah mendekati titik stagnan dalam arti tidak akan banyak perubahan radikal dalam hal teknologi kamera saku pada masa-masa mendatang. Hal ini berbeda sekali kalau kita flashback ke masa lalu dimana perubahan dan peningkatan fitur kamera begitu cepat dan membingungkan. Belum sempat beli kamera 5 mega, sudah keluar yang 7 mega; belum sempat menjajal kamera dengan VGA movie, sudah keluar yang HD movie. Kini bisa dikatakan, apapun kamera yang dibeli sudah hampir ‘matang’ dalam hal teknologi, tinggal kita memilih mana yang paling sesuai dengan selera dan dana.
Kamera generasi baru boleh dibilang sudah canggih, bahkan saking canggihnya calon pembeli (pemula) sampai bingung akan istilah-istilah yang ditulis di iklan, brosur dan spesifikasinya. Belum lagi para pedagang gencar mengklaim berbagai fitur yang terdengar asing di telinga, semakin membuat grogi calon pembeli. Kami sudah pernah menulis soal fitur baru ini, silahkan dibaca untuk menghindari kami menulis dua kali.
Sebagai permulaan, hal yang terpenting adalah mengenali kebutuhan fotografi anda nantinya. Cobalah menjawab pertanyaan berikut ini, setidaknya anda dapat memprediksi kamera seperti apa yang anda butuhkan :
  • apakah kamera anda nantinya akan dipakai sebagai sarana dokumentasi biasa atau untuk membuat karya foto yang lebih artistik? (kaitannya dengan fitur manual)
  • apakah anda lebih perlu lensa wide untuk kesan luas atau lebih memerlukan zoom lensa yang jauh? (kaitannya dengan fokal lensa)
  • apakah anda akan perlu memotret dengan kinerja cepat, seperti anak yang tak bisa diam? (kaitannya dengan performa shutter lag, auto fokus, burst mode dan shot-to-shot)
  • apakah anda tipe petualang yang sering memotret outdoor atau bukan? (kaitannya dengan bodi kamera dan aksesori underwater)
  • apakah anda lebih suka baterai AA atau Lithium?
  • apakah anda akan sering memakai kamera saku di tempat kurang cahaya, tanpa lampu kilat? (kaitannya dengan kemampuan sensor di ISO tinggi)
  • selain memotret, apakah anda juga suka mengambil video? (kaitannya dengan resolusi video)
  • apakah anda perlu foto ukuran besar untuk dicetak besar atau di-crop ketat? (kaitannya dengan resolusi)
Setelah menjawab kuis di atas, mungkin anda sudah semakin mudah dalam membayangkan kebutuhan fotografi anda. Namun tentu perlu diingat kalau tidak mungkin semua yang kita mau bisa diakomodir oleh satu kamera, tentu ada saja hal-hal yang perlu dikompromikan.
Sebagai tips dalam memilih kamera, berikut hal-hal yang perlu dicermati :
  • merk : tidak usah terpaku pada merk, pada dasarnya produsen kamera ternama punya standar mutu yang sama, meski tak dipungkiri merk besar punya layanan after sales yang lebih baik
  • lensa : kunci ketajaman dan kualitas foto ada di lensa, sebisa mungkin lihatlah hasil fotonya sebelum membeli, lihat apakah ketajaman lensanya sudah anda anggap layak atau tidak
  • zoom : kamera saku umumnya punya lensa 3x zoom optik, meski kini sudah bervariasi mulai dari 4, 5, 6 hingga 10x zoom, bila anda tidak perlu zoom terlalu tinggi jangan memaksakan membeli kamera dengan zoom besar
  • fitu wajib : image stabilizer, karena kamera saku kecil dan ringan maka resiko tergoyang saat memotret cukup besar
  • fitur manual mode : minimal perlu ada manual ISO, lalu kalau ada ya manual eksposure (shutter priority dan aperture priority), syukur kalau ada manual focus juga
  • seberapa wide yang anda perlukan? umumnya kamera saku lensanya bermula dari 35mm, bila anda merasa kurang wide carilah kamera yang lensanya bermula dari 30mm, 28mm atau bahkan 24mm yang akan berguna untuk kreativitas perspektif dan membuat kesan luas
  • resolusi : sebisa mungkin hindari resolusi terlalu tinggi (diatas 10 MP) karena sensor pada kamera saku berukuran kecil sehingga bila dijejali piksel terlalu banyak dia tidak akan mampu memberikan foto yang bersih dari noise di ISO tinggi
  • kinerja kamera saku umumnya sama, tapi tidak ada salahnya periksa lagi spesifikasi soal shutter lag (jeda saat menekan tombol shutter dan foto diambil), shot-to-shot (waktu tunggu dari foto pertama ke foto selanjutnya), burst mode (berapa foto bisa diambil dalam satu detik), dan start-up/shutdown time (waktu yang diperlukan oleh kamera untuk siap memotret saat pertama dinyalakan)
Adapun hal-hal yang umumnya relatif sama pada semua kamera saku, sehingga tidak perlu terlalu dipermasalahkan adalah :
  • kinerja dan mode auto fokus, umumnya tiap kamera punya kinerja AF yang sama (prinsip kerja contrast detect) dan mode AF yang disediakan umumnya sama (multi area atau center), beberapa kamera baru menyediakan auto fokus berbasis deteksi wajah (Face detection)
  • kinerja dan mode metering umumnya sama dengan pilihan semacam center weight dan spot metering
  • kinerja white balance dan pilihan preset yang disediakan (seperti flourescent, tungsten, daylight dsb)
  • spesifikasi dasar seperti maks/min shutter speed, maks/min aperture, maks/min ISO, kamampuan baterai, flash power dsb (perkecualian untuk maks aperture yang terlalu kecil akan merepotkan di saat low light, usahakan cari yang f/2.8)
Itulah beberapa tips yang bisa kami sajikan untuk pedoman membeli kamera saku. Bila ada dana lebih, anda bisa memilih kamera dengan fitur lebih banyak dan lebih baik, seperti ukuran LCD yang lebih besar, fitur HD movie dan bodi kamera berbalut logam. Tapi secara umum dengan anggaran 1 hingga 2 juta sudah bisa didapat kamera saku yang mencukupi untuk kebutuhan fotografi sehari-hari.